Desa Sawarna “The Hidden Paradise Banten”
Trip saya kali ini didominasi oleh temen-temen kantor, jadi dulu emang ada rencana buat trip sama temen kantor dari tahun lalu cuma belum kesampean dan berhubung temen kantor sudah sangat luar biasa penatnya bekerja maka jadi lah kita tanggal 14 – 16 Agustus 2015 berangkat menuju desa Sawarna untuk jalan-jalan singkat kami.
Kami menggunakan jasa Triptrus untuk akomodasi selama berada di Sawarna ini dengan biaya per orang Rp. 500.000, 00.
Mengutip dari berbagai sumber, Desa Sawarna adalah desa wisata yang berlokasi di Kabupaten Lebak, Banten. Desa wisata Sawarna juga mempunyai keistimewaan yang lain, yaitu memiliki banyak tempat wisata dengan jarak yang berdekatan sehingga dalam satu kali jalan anda akan dapat menikmati semuanya sekaligus.
Pada jumat malam, kami berkumpul di meeting point Sarinah sekitar pukul 20.30 sambil menunggu teman-teman yang lain. Kemudian pukul 21.00, berangkat lah kami menuju desa Sawarna. Didalam bus kami pun hanya “saling sapa” (dibaca ledekan), maklum penghuni kantor kami kebanyakan usianya 22-30an. Jadi agresifitasnya masih tinggi
Perjalanan dari Jakarta menuju Sawarna menempuh waktu kurang lebih 8 jam. Saya pun memilih untuk tidur agar lebih fit esok harinya. Kemudian, subuh sekitar pukul 04.00 saya pun terbangun karena guncangan yang cukup sering yang menandakan juga hampir tiba di desanya.
Kemudian setelah turun dari bus, ternyata ada 1 akses jembatan kecil menuju desa Sawarna. Dan jembatan ini pun hanya bisa dilalui maksimal kendaraan bermotor. Sehingga untuk mobil harus diparkirkan diluar desa. Kemudian rombongan pun berjalan melalui jembatan tersebut dan sensasinya luar biasa, ngantuk + guncangan
Setelah melewati jembatan, kita diminta untuk membayar biaya retribusi untuk masuk desa. Tapi karena semuanya telah diurus oleh jasa trip, maka kami pun masuk tanpa membayar lagi.
Sesampainya kami di home stay, sebagian dari kami ada yang melanjutkan mimpi indahnya yang tertunda, cuci muka dan gosok gigi. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 dan sarapan pun telah tersedia.
Kemudian petualangan kami pun dimulai. Untuk menuju goa Lalay kita harus menuju luar desa dan diantar dengan bus. Butuh waktu sekitar 20 menitan untuk tiba di lokasi dengan dilanjutkan jalan kaki hingga akhirnya tiba di sebuah pondok kecil. Saat itu kami tidak langsung masuk ke dalam goanya dikarenakan sedang ramai oleh bocah-bocah cilik yang sedang berkunjung, sehingga disarankan untuk mengantri terlebih dahulu. Dan untuk masuk ke goa Lalay ini, kita diharuskan untuk membayar Rp. 5000, 00. Tapi karena semuanya telah diurus oleh jasa trip jadi kami tinggal lewat saja.
Kondisi goa Lalay ini berlumpur, digenangi air setinggi lutut orang dewasa, lembab dan gelap. Sehingga disarankan untuk melepas sendal. Dan sangat disarankan membawa senter karena gelap sekali (namanya juga goa). Akhirnya ketika kondisi goa sudah tidak terlalu ramai, kami pun masuk ke dalam goa.
Berdasarkan informasi dari guider dari goa Lalay ini, pintu masuk dan pintu keluar adalah sama. Kemudian kami pun memasuki goa yang gelap dan licin secara perlahan-lahan dan hati-hati. Wisata goa ini menampilkan stalaktit yang berada di atap goa dan kelelawar yang bergantungan. Kemudian untuk sampai di ujung goa membutuhkan waktu sekitar 2 jam sehingga kami pun yang baru 30 menit saja sudah merasa kurang tertarik lagi. Akhirnya kami memutuskan untuk keluar sehingga untuk masuk dan keluar ditempuh dalam waktu 1 jam.
Kemudian kami kembali ke homestay untuk makan siang dan beristirahat sebentar. Ketika ingin menyeberang jembatan, terlihat antrian yang cukup ramai oleh para bikers yang dilihat dari kode plat motornya berasal dari Jakarta. Jembatan hanya bisa dilalui 1 arahnya sehingga kami pun harus bersabar menunggu giliran.
Setelah mandi, makan dan tidur sebentar, terdengar ajakan salah seorang teman yang mengajak untuk eksplore pantai sekitar dekat home stay. Saat itu waktu menunjukkan pukul 14.00 sehingga cuaca masih cukup panas-panasnya tapi tidak apa-apa lah. Namanya juga lagi jalan-jalan
Kondisi pantai saat itu tidak begitu ramai, wajar karena cuaca yang masih panas. Tapi begitu kondisi menjelang sore, akan banyak remaja-remaja yang bermain di pantai.
Setelah puas melihat-lihat dan berfoto, saya dan beberapa teman pun kembali ke homestay karena kami sudah harus melanjutkan perjalanan menuju Pantai Ciantir dan Batu Layar pada pukul 15.30. Suasana cukup ramai saat itu karena kondisi sore hari sehingga tidak terlalu panas. Jadi pantai Ciantir ini searah dengan Batu Layar. Cukup menyusuri pantai ini maka sampai lah kita di Batu Layar.
Wisata pantai Batu Layar cukup ramai dan lebih populer tampaknya karena lebih menawarkan ombak yang besar serta batu karang baik yang kecil dan besar yang menyerupai batu layar. Jika sedang pasang, kondisi batu karang akan tertutup oleh air.
Setelah puas berfoto, kami pun kembali menuju homestay. Dalam perjalanan kembali, guider kami ternyata membawa kami menaiki suatu bukit. Jadi dari bukit tersebut, kita bisa melihat Pantai Ciantir secara luas.
Setelah menuruni bukit dan waktu masih sekitar 17.30 maka beberapa dari teman kami pun ada yang berenang sebentar di pantai hingga pukul 18.00 kemudian kembali ke homestay untuk mandi, makan dan beristirahat untuk esok harinya. Acara untuk esok harinya akan diawali dengan sunrise di Lagoon Pari sehingga kami akan dibangunkan sekitar pukul 04.00 pagi.
– 15 Agustus 2015 –
Pukul 04.00 alarm saya pun berbunyi. Dengan sigap saya mematikan alarm agar yang lain tidak terganggu
Tidak lama, guider pun datang mengetok pintu kami, langsung saja saya memberi kode tanda sudah bangun. Setelah persiapan beres pukul 04.30 kami pun berangkat menuju luar desa untuk naik bus. Udaranya sejuk betul saat itu.
Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan bus yang ditempuh sekitar 15 menit. Setelah itu kami menyusuri jalan yang menurut saya cukup lumayan panjang dan berbatu. Saya pun heran karena berdasarkan review teman saya bahwa dia hanya menempuh waktu 20 menit untuk sampai ke pantainya. Sedangkan saya harus menelusuri jalan yang cukup panjang dan lebih dari 20 menit lamanya. Banyak wisatawan lain yang menggunakan ojek untuk membawa mereka sampai ditempat tujuan. Ya sudah lah, itung-itung olahraga pagi
Kemudian setelah perjalanan yang melelahkan, kami pun sampai di pantai Karang Taraje. Dari Karang Taraje kami diarahkan guider menuju Karam Bereum. Dan langsung saja kami siap berfoto. Keadaan saat itu setelah pasang surut sehingga kami pun bisa berada dekat karang-karang. Mulai lah kami foto rame-rame.
Dan tiba lah momen yang ditunggu-tunggu. Sang mentari pun dengan malu-malu keluar menampakkan dirinya
Setelah puas berfoto, kami pun sangat lapar mungkin karena habis narsis ria, akhirnya kami mampir di warung indomie untuk sarapan sejenak sebelum melanjutkan perjalanan menuju Lagoon Pari.
Posisi antara Karang Bereum dan Lagoon Pari berada satu deretan, bedanya salah satunya berada di ujung pantai sehingga kami harus bergerak dari ujung satu ke ujung lainnya
Setelah sarapan, kami pun bergegas menuju Lagoon Pari, karena waktu telah menunjukkan pukul 07.30 sehingga kami bergegas agar persiapan kembali ke Jakarta tidak molor. Sepanjang perjalanan menuju Lagoon Pari, beberapa teman kami ada yang memutuskan untuk bersantai di pinggir pantai dan beberapa ada yang menuju Lagoon Pari. Saya sendir tertarik menuju Lagoon Pari biar saya bisa melihat seperti apa sich Lagoon Pari itu
Titik point yang ingin dicapai adalah batu karang yang menyerupai benteng yang berada di ujung pantai. Untuk sampai kesana, kita harus berjalan dipinggir batu karang dan naik ke atas dengan menggunakan tangga. Setelah sampai diatas, keadaan diatas menggambarkan sebuah karang yang luas layaknya sebuah benteng. Ibaratnya seperti berdiri diatas karang yang luas dan kokoh.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 09.30 dan kami pun kembali menjemput rombongan yang memutuskan untuk bersantai disekitar pantai dan kembali ke homestay untuk mandi dan bersiap kembali ke Jakarta.
Sekitar pukul 13.00 akhirnya kami pun siap untuk kembali ke Jakarta dan bertempur untuk lusa harinya (mengingat esok hari adalah hari libur). Awalnya dalam rencana perjalanan kami terdapat wisata Goa Langir, tapi dibatalkan karena tempat tersebut sempat terjadi insiden mistis sehingga tujuan ke Goa Langir pun dibatalkan demi keselamatan
Terima kasih untuk desa Sawarna atas keindahan pantainya. Semoga tulisan ini bermanfaat
ahh keindahan indonesia memang sangat luar biasa..